top of page

Terima Kasih XX

Jika kau membaca judul ini, kau pasti tau tulisan ini untukmu. Tapi tentunya aku yakin kau tidak akan peduli. Tidak apa-apa. Aku hanya ingin menuliskan semua ini.


Aku ingin berterima kasih padamu karena kau telah hadir di hidupku. Aku senang mengenalmu, aku senang pernah mencari tahu segala hal tentangmu. Tapi sekarang aku hendak pamit, aku mengundurkan diri dari penggemar rahasiamu.


Asal kau tahu, aku tak pernah menyesal pernah memiliki perasaan ini. Kau dengan diammu pernah selama tiga tahun menjadi penyemangatku bangun pagi dan berangkat sekolah. Apa yang ada di pikiranku waktu itu adalah aku ingin berguna untukmu. Aku belajar dan rajin mengerjakan tugas sekolah salah satu alasannya agar kau bertanya padaku. Agar kamu melihat keberadaanku. Kenyataannya memang itulah yang terjadi, kau selalu bertanya dan meminta tugas untuk esok hari. Aku tak sebut dengan kata 'kadang-kadang' karena kau memang selalu bertanya. Mungkin hanya beberapa kali kau tidak bertanya. Tidak apa-apa, waktu itu aku sangat menikmatinya dan senang sekali kamu melakukan itu karena itulah tujuanku.


Dua tahun selanjutnya, entah mengapa kita tak jarang secara kebetulan ada di tempat yang sama. Kita satu kampus lagi, satu organisasi, satu wilayah, satu komplek, dan terakhir satu tempat belajar. Sejujurnya aku tidak percaya ini adalah kebetulan, yang kutahu hanyalah bahwa semua itu membuatku makin kesulitan melupakan perasaan ini. Namun, saat aku menginjakkan kaki pertama kalinya di tempat ini, aku tahu bahwa Allah telah mengabulkan doaku supaya Allah membantuku melupakanmu. Pada akhirnya secara tiba-tiba di tempat ini aku bisa melupakanmu. Bukan karena aku melihat orang lain, karena saat itu belum ada siapa-siapa atau lebih tepatnya aku masih menggunakan kacamata hitam yang membutakan. Setelah lama sekali aku tidak bertemu denganmu, lalu waktu itu kita bertemu di parkiran. Aku melambaikan tangan dan tersenyum, tapi setelah aku berjalan ke arah lain aku mulai keheranan. Aku heran, semuanya sudah menjadi kosong. Hatiku kosong, tak ada lagi kupu-kupu seperti yang orang di luar sana gambarkan. Pada akhirnya aku pun bisa membuka kaca mata hitamku.


Terima kasih juga untuk lima tahun yang melelahkan ini, tapi ini bukan ungkapan terima kasih untukmu. Aku berterima kasih pada hatiku. Terima kasih karena sudah bertahan selama itu. Tapi sudah cukup sampai disini kau merasuki hatiku. Selama lima tahun itu, aku memang tak pernah mengungkapkan perasaanku padamu. Aku sengaja melakukannya karena kutahu telah ada orang lain di hatimu. Perempuan yang selalu aku kagumi dan kaupun begitu. Jangan kau sangkal aku sekarang, karena sikapmu dulu selalu mengatakan itu benar dan kau tidak pernah menyangkalnya. Namun, jika yang aku katakan ini salah, biarlah aku dengan pikiranku tetap seperti ini selamanya. Kau tidak perlu bicara denganku lagi tentang hal ini. Tak ada yang harus dibahas lagi diantara kita. Aku tak mau mendengar apapun lagi karena bukumu telah kututup rapat dan ada buku lain menantiku.


Aku hanya ingin titip pesan, jangan jadi orang pemalas ya, nanti dunia meninggalkanmu. Ayo kita sama-sama lari, di jalan masing-masing. Semoga kau segera menemukan teman perjalananmu, tapi itu bukan aku. Juga semoga mimpimu untuk berkeliling dunia dan mimpi-mimpimu yang lain bisa tercapai.


Sekali lagi terima kasih,

dari aku yang sudah pergi.



Nb. 
Teruntuk pemilik laguku, maaf jika kamu membaca tulisan ini. Aku tak bermaksud menyakitimu. Aku hanya ingin menyampaikan apapun yang tersisa dalam hatiku untuknya. Aku sengaja, aku tidak mau bergerak di belakangmu. Kamu boleh membaca tulisan ini, namun jangan lama-lama. Ayo kita tinggalkan masa lalu, karena aku ingin mengajakmu lari bersama.

Recent Posts

See All

2016 dst

Hai, apa kabar kamu disana? Aku rindu. Aku rindu makan cuanki denganmu di pinggir Jalan Braga saat hari kelahiranku, kemudian minum kopi...

Semua Ada Harga

Aku menulis disini saat ini karena tidak tahu harus menyampaikannya pada siapa. Bagian paling menyakitkan dari semua ini adalah ada harga...

コメント


bottom of page